TEORI NASIKH WAL MANSUKH DALAM AL QUR’AN

Abstrak

There are two sides of the view of the Qur'an, namely that the Qur'an is the holy book for Muslims and that there is absolutely no dispute in it (ikhtilaf). but on the other hand there is a verse in the Qur'an that recites the pronunciation of nasakh, namely in verse 106

Q.S. Al-Baqarah. Because of this, there are differences in viewpoints from our scholars into two groups. First, those who accept and support nasakh, which means that there is a cancellation in the Qur'an. These scholars include Ibn Kathir and Ahmad Mustafa al-Maragi. Secondly, they do not accept nasakh in the sense of cancelling the law that Allah directly revealed and they interpret nasakh as the same as takhsis or more specific. These scholars include ‘Abd al-Muta'al al- Jabri and Muhammad al-Bahi. So do not be surprised if the discussion related to Nasikh Wa al- Mansukh is an interesting topic to examine.

Abstrak

Terdapat dua sisi pandang akan Al-Qur’an yakni bahwa Al-Qur’an merupakan kitab suci bagi orang muslim dan yang tidak ada sama sekali perselihihan didalamnya (ikhtilaf). tetapi disisi lain terdapat ayat pada Al-Qur’an yang melafadzkan lafal nasakh yaitu pada ayat 106

Q.S. Al-Baqarah. Karna hal tersebut, muncullah perbedaan sudut pandang dari para ulama kita menjadi dua golongan. Pertama, mereka yang menerima sekaligus memberi dukungan atas nasakh yang berarti dalam Al-Qur’an terdapat pembatalan. Ulama tersebut di antaranya ialah Ibnu Katsir dan Ahmad Mustafa al-Maragi. Kedua, mereka tidak menerima nasakh dalam artian pembatalan hukum yang secara langsung Allah turunkan dan mereka mengartikan nasakh sama dengann takhsis atau lebih ke pengkhususan. Ulama yang tergolong di antaranya ‘Abd al-Muta’al al- Jabri juga Muhammad al-Bahi. Maka tidak heran apabila pembahasan terkait Nasikh Wa al- Mansukh merupakan topik yang menarik untuk ditelaah.